Actions (login required)
%PDF-1.5
%âãÏÓ
526 0 obj
<>
endobj
560 0 obj
<>/Filter/FlateDecode/ID[]/Index[526 62]/Info 525 0 R/Length 147/Prev 703297/Root 527 0 R/Size 588/Type/XRef/W[1 3 1]>>stream
hŞbbd```b``�"§�H¦ ’ƒ
Ì.“òH¤&Xå
ɶD²&ƒHf°ˆ ˜½,.&·€Im°.eÉ"ãƒH5 ÉhVbÇp€H½Y ’Á¬> Ì‘|“À"Z RÆÌ»SüÈ>? ù�a
#Ó\°.ÆAGşg`�}` D®
endstream
endobj
startxref
0
%%EOF
587 0 obj
<>stream
hŞb```¢#¬‚üB ÄÀÂÀÄ\–0,`èËu¸Ò ŞğY~�àêmÒlM@ÊnŞ>“±
¡K Yà‹ §�“@À1[–à@UGÃ[– P'6 Ã7À©ÁÊàùÄ¢pÌVd*‹Â‘°.C~W—É@c:::8::˜TAL& t'ˆd‘, !�A‰�®[®ªb ÄŠ`S~æ0y!¹¶¶;[»¸bø-Ô¸?˜İ(¨šá�ˆwí.ùîëªìHFi+Óö•DSWºóœıÂğæY;®j9pÊxi®éé@š˜iğ qeàÚ±H3#@€ i]T•
endstream
endobj
527 0 obj
<>/Metadata 67 0 R/Outlines 75 0 R/PageLayout/OneColumn/Pages 524 0 R/StructTreeRoot 224 0 R/Type/Catalog>>
endobj
528 0 obj
<>/ExtGState<>/Font<>/XObject<>>>/Rotate 0/StructParents 0/Type/Page>>
endobj
529 0 obj
<>stream
hŞÔYmoÛ6ş+üØ ÈÄwR@ÀqšÔ]�dµ›òA�ÕĘc¶‚5ÿ~w'Q–dËvà Д�Çã‘|î9J6V0ÎŒ•LÄP)¦Ñ òÅK
úÉòoP�¦Ñğu�Ffƒ,ÉÒè!¡~³yŞïäì_-Féb<}|×¥Ólœ½E_ÓÇñ2[¼¾ëŒfßÓ£hğ2ŸOÒghfœút–øàã8êöÎi“óQ7™JÇ�OsFGgi®x,…ˆÎ'Éã’éè|6ÍNOg?ï8É™P&FS÷Ôr�<�'¯ïnÁ£”åQ.ORØPCKL’Ëä9�.®zÿ.Ş—ÊÇàùË$Y�Æ [¤ÙÃSX3İæ®iΣ^–LÆ�éã$e
Alfian, T. Ibrahim “Tentang Metode Sejarahâ€, dalam T. Ibrahim Alfian ed. 1992. Dari Babad dan Hikayat sampai Sejarah Kritis. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Barthes, Roland. 1983. Mythology. London: Granada.
Barthes, Roland. 1972. Mithologies dan The Eiffel Tower and Other Mythologies. (Terj. Mahyuddin, Ikramullah. 2010. Membedah Mitos-mitos Budaya Massa: Semiotika atau Sosiologi Tanda, Simbol, dan Representasi). Yogyakarta: Jalasutra.
Djelantik A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Yogyakarta : MSPI (Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia).
Hoed. Benny H. 2011. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas Bambu.
Iswidayati, Sri. 2006. Pendekatan Semiotik Seni Lukis Jepang Periode 80-90an Kajian estetika tradisional Jepang wabi sabi. Semarang: UNNES Press.
Peirce, Charles S. 1986. Logic as Semiotics: The Theory of Sign, dalam Robert E. Innis (ed) Semiotic: An Introductory Reader. London: Hutchinson.
Redfield, Robert. 1969. The Little Community Pleasant Society and Culture. The university of Chicago Press, London, Chicago.
Sahman. Humar. 1993. Estetika Telaah Sistemik dan Historik. Semarang: IKIP Semarang Press.
Slamet, MD. 2009. Barongan Blora Menari di atas Politik dan Terpaan Zaman. Surakarta: Citra Sains.
Soedarsono. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta:Gajah Mada University Press.
Wolf, Janet. 1981. The Social Production of Art. New York: St, Martin Press, Inc.
Belanja di App banyak untungnya:
Muksin, Muksin (2021) TOPENG BARONGAN BLORA: Konsep Pengembangan Bentuk. S3 thesis, ISI Surakarta.
Topeng Barongan Blora merupakan salah satu kesenian tradisional yang berkembang hampir di seluruh wilayah kecamatan Kabupaten Blora. Setiap kecamatan memiliki varian bentuk topeng Barongan yang mengalami perkembangan signifikan. Ada dua kategori topeng Barongan, yaitu topeng kawak untuk fungsi ritual dan topeng kreasi baru (pakem dan kreasi) untuk fungsi pertunjukan dan mainan anak/suvenir. Sampai saat ini belum ada yang membahas mengenai perkembangan bentuk, ciri khas, dan nilai estetik topeng Barongan secara komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap perkembangan bentuk serta merumuskan konsep pengembangan topeng Barongan Blora. Konsep pengembangan ini merupakan factor yang sangat penting dalam menjadikan topeng Barongan sebagai komoditas. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan cara atau model riset grounded. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, telaah dokumen, dan studi pustaka. Data yang terkumpul dianalisis secara interaktif melalui reduksi data, penyajian data, dan pembahasan, serta menarik kesimpulan sebagai hasil penelitian. Hasil penelitian meliputi: 1) Peta budaya mengenai keberadaan topeng Barongan Blora berdasarkan latar belakang mitos, sejarah, fungsi, bentuk dan mediumnya, serta aktivitas dan cara pandang masyarakat Blora, 2) Karakteristik topeng Barongan Blora yang mengalami perubahan bentuk dan fungsi yang cukup signifikan, dimulai dari ide dasar dan berbagai bentuk topeng Barongan lama (kawak) hingga topeng Barongan baru (kreasi baru) termasuk untuk suvenir, terkait dengan ciri khasnya. 3) Data perkembangan topeng Barongan Blora berdasarkan fungsi, medium (bahan), serta jenis dan bentuknya sebagai kreasi artistik. 4) Temuan konsep pengembangan topeng Barongan Blora adalah: fungsi sebagai pemicu komoditas dengan tidak meninggalkan ciri khasnya. Hasil penelitian berupa konsep pengembangan topeng Barongan Blora sebagai komoditas dalam komoditisasi inovasi produk alternatif, melalui: 1) aplikasi perwujudan kepala, gigi taring, gusi, hidung, mata, dan rambut, merupakan ciri khas inovasi pengembangan; 2) aplikasi perwujudan terpengaruh oleh fungsi arak-arakan dan pertunjukan, topeng berkembang dan menjadi komoditas; 3) aplikasi perwujudan terpengaruh kenyamanan pakai untuk arak-arakan maupun untuk pertunjukan sebagai komoditas. Penelitian ini memiliki kontribusi dalam peningkatan apresiasi kesenian tradisional yang sejenis, serta dapat menjadi acuan dalam pengembangan bentuk topeng Barongan Blora ke depan.